By Nisa Y3p
Kisah Tauladan pada Zaman Nabi
Musa as
Ilmu Bisa
Membahagiakan Seseorang, tapi Bisa Pula Mencelakakan Seseorang
Dewasa
ini, banyak kejadian yang membuat kita mengelus dada, khususnya untuk saya dan
kawan-kawan sekalian yang beragama Islam. Agama hanya dijadikan sebagai
keyakinan saja, tanpa ada pengaplikasian atau pengamalan dalam kehidupan
sehari-hari. Orang yang pintar banyak , namun yang mengerti dan faham betul cakupannya minoritas. Keadaan
tersebut menimbulkan kemaksiataan yang membuatnya sesat, bahkan sampai
meninggalkan/keluar dari keimananya karna ilmunya itu terkalahkan oleh nafsu
syaitan, naudzubillah.
Lalu
timbul pertanyaan, apa penyebab dari semua itu! Apakah karena kurangnya dasar
Agama? Apa karena kebodohannya dalam mengetahui ilmu agama? Apakah karena
lingkungan?
Al-Qur’an
di turunkan sebagai pedoman hidup dan tidak ada keraguan sedikitpun kebenaran
isinya. Saya mengetahui satu ayat Al-Qur’an (yang telah dijelaskan oleh Kh. Abu
Bakar Tasdiq dan ust. Uum dalam kitab Tafsir Jalalein) yang menceritrakan
tentang orang-orang yang awalnya menerima ayat-ayat Alloh (beriman) tetapi pada
akhirnya iapun keluar dari ayat-ayat Alloh
dan (kufur) karena ILMU yang ia
miliki, yaitu ada pada surat Al-a’rof ayat 175 yang artinya:
“ Dan bacakanlah (Muhammad) kepada
mereka, berita orang yang telah kami berikan ayat-ayat kami kepadanya, kemudian ia melepaskan diri
dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) , maka
jadilah ia termasuk orang yang sesat”.
Ayat
tersebut menceritrakan orang yang awalnya beriman bahkan tau dan faham tentang
agama, diberikan kelebihan ilmu, bahkan seorang ulama besar sekalipun dapat
menyesatkan dirinya sendiri akibat dari ilmu yang ia miliki. Alloh memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk
membacakan kepada kafir yahudi akan berita adanya orang yang telah Alloh
berikan ayat-ayat Alloh , lalu orang tersebut melepaskan diri dari ayat-ayat
Alloh (kufur) lalu iapun diikuti setan dan jadilah ia orang yang sesat.
Perumpamaan orang yang awalnya beriman kemudian kafir itu diibaratkan keluarnya
ular dari kulitnya.
Diikhtilafkan
oleh para mufassirin (ahli tafsir) ada dua pendapat tentang orang yang dimaksud
Alloh dalam surat al-A’rof ayat 175 tersebut. Pendapat pertama akan orang yang
awalnya beriman kemudian kufur adalah Umayyah bin Soltin.
Umayyah
bin Soltin adalah seorang yang sangat berperan penting dalam agama, ia memiliki
ilmu yang banyak. Terbukti dengan kelebihannya tentang tahu persis dan hafal
pada isi kitab Tauret dan Injil, sampai-sampai iapun tahu bahwa kelak akan ada Nabi
akhir zaman. Tetapi Umayyah memiliki harapan besar, ia menginginkan dan
berharap dialah yang akan Alloh angkat menjadi Nabi terakhir, karena merasa
pantas dan layak untuk Alloh angkat menjadi Nabi terakhir karena keilmuan yang
ia miliki. Karena keinginanya tidak sama
dengan Alloh swt , iapun akhirnya tidak meyakini Nabi Muhammad saw sebagai Nabi
terakhir. Ia mencoret-coret tentang keterangan akan adanya Nabi akhir zaman
yang bernama Ahmad (Muhammad) dengan terus mengikuti dorongan setan hingga menjadikan
dirinya sesat dan dholim.
Pendapat kedua
yang dimaksud “alladzina aatainahu aayaatinaa” adalah Bal’am bin Ba’uroh. Ia
adalah seorang ulama besar pada zaman
Nabi Musa
as , yaitu sebagai ulama Bani Isroil . iapun bisa menghafal
semua kitab, bahkan Alloh lebihkan dengan diberikannya keistimewaan yaitu
diberikannya Ismul ‘adhom yang artinya apabila ia berdo’a maka Alloh akan
langsung mengabulkannya, bahkan jika ia tengadah ke atas, ia dapat melihat
‘arsy. Dengan ilmu yang begitu banyak dan dengan keistimewaan yang Alloh
berikan iapun memiliki murid (santri). Mengenai jumlahnya tidak disebutkan
dengan jelas namun fara mufassirin menyebutkan jumlah wadah tinta yang muridnya
pergunakan sebanyak 12rb (tak pernah terbayang oleh saya dimana, dan bagaimana
tempat belajarnya para muridnya,,he ada yang mengatakan tempat mengajinya itu
di atas awan atau mega ya ,,wallohu’alam).
Pada suatu
ketika Nabi Musa as akan memerangi satu Negara (kafir) yang akan diajaknya
masuk islam, dengan cara memeranginya. Alkisah masyarakat Negara itupun
mendatangi Bal’am yang tujuannya untuk meminta bantuan, karena negaranya
akan diperangi Nabi Musa as, sehingga mereka meminta agar Bal’am berdo’a kepada
Alloh untuk Nabi Isa dan kaumya celaka atau ada pada kelacutan. Sebelumnya para
kafir itu telah mengetahui Bal’am dianugrahkan Ismul ‘adhom oleh Alloh. Pada
awalnya Bal’am menolak permintaan para kafirin itu, tetapi mereka terus
mendesak, dengan imimg-iming mereka akan
memberikan balasan yang tiada tara, apa saja yang diinginkannya mereka
akan menyanggupinya. Pada akhirnya Bal’am
tergoda (oleh setan) dan mendo’akan kecelakaan Nabi Musa dan kaumnya.
As well as ,
Bal’am dianugrahkan Ismul ‘adhom sehingga terkabulah do’a yang ia panjatkan.
Pada akhirnya pada saat perjalanan menuju kota yang akan Nabi Musa dan kaumnya
perangi mereka terjerumus pada suatu jurang yang bernama jurang Tih.
Pada saat itu pula Nabi Musa as bertanya
kepada Alloh “dosa apa yang telah aku perbuat hingga aku ada pada kehinaan
ini”. Alloh menjawab “itu merupakan ijabah do’a dari Bal’am”. Lalu Nabi Musa
as meminta kepada Alloh swt agar
membalikan itu do’a kepada Bal’am, Allohpun
mengijabah (mengabulkan) do’a Nabi Musa as seperti Alloh mengijabah do’a
Bal’am.
Adapun isi dari do’a Nabi Musa as
kepada Alloh untuk Bal’am adalah meminta agar Alloh mencabut Ismul ‘Adhom dari Bal’am serta mencabut keimananya.
Singkat
cerita Bal’am bin Ba’uro pun keluar dari keimannya, seterusnya lidah Bal’am
terjulur hingga dadanya dan menjadi seseorang yang terus diikuti setan
(sahabatan mungkin he), hingga Bal’am menjadi sesat dan hina dihadapan Alloh
swt dan manusia.
Dapat
diambil kesimpulan, bahwa ilmu yang kita peroleh tidak menjamin kebahagiaan
kita tergantung memelihara dan menjuruskannya kemana, kebodohan ataupun kepintaran
seseorang akan agama dan dirigama tidak akan menjamin keimanan dan keislaman
seseorang, ingatlah setan itu tak akan lengah.
Maka dari itu jangan pernah
merasa bangga dengan ilmu, kesholihan dan kesholihahan yang sekarang kita
miliki, karena belum tentu kelak men
jadi husnul khotimah, maka teruslah berdo’a
kepada Alloh sang penguasa hati, yang dapat membolak balikan hati seseorang
dengan mudah agar tetap diteguhkan dalam keimanan dan keislaman-Nya. ”yaa
muqollibal kulubitsabbit qolbi ‘ala dinika wa’ala to’atika subhanaka inni kuntu
minadzolimin”
“Robbana laa tuzigh quluu banaa ba’da
idzhadaitanaa wahablanaa minladunka rohmatan innaka antalwahhab”
“Ya Tuhan kami, janganlah kau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau memberi petunjuk kepada
kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi engkau karena sesungguhnya
Engkau Maha Pemberi”.a
Sungguh,ilmu, kesholihan dan kesholihahan itu hakikatnya
dari Alloh semata maka janganlah kita merasa sombong akan hal itu, tekadkanlah laa mauju da illalloh.
Semoga dapat bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment