Perlawanan kapitan Patimura (1817)
Perlawanan yang di lakukan oleh Thomas Matullesi (Kapitan
Patimura) diawali dengan penyerbuan terhadap benteng Belanda (Benteng
Duurstede) di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku dibawah pimpinan Kapitan
patimura akhirnya Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat, ysng menewaska
Residen Belanda. Perlawanan meluas ke Ambon, seram dan daerah-daerah lainya.
Kedudukan Belanda semakin terdesak, Akhirnya belanda mengerahkan segenap
kekuatanya untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku.
Pertempuran rakyat Maluku makin berkurang setelah banyak
dari pemimpinnya di tangkap dan di tawan oleh Belanda,termasuk Kapitan Patimura
dan beberapa temanya . pada tanggal 18 Desember 1817 Kapitan Patimura dan
teman-temannya menjalani hukuman mati
ditiang gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang ditindas
penjajah. Dalam perlawanan ini juga dikenal seoranf tokoh wanita Martha
Christina Tiahahu.
B. Perang Badri
Gerakan Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan ajaran
Islam d Sumatrera Barat. Haji Miskin sebagai pelopor gerakan ini berusaha untuk
meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah
itu. Kian hari pengikut Haji Miskin semakin banyak seperti Tuanku Nan
Renceh, Tuanku Mesiangan, Datuk Bandaharo, Malin Basa (Tuanku Imam Bonjol).
Namun gerakan Padri itu mendapat tentangan dari tokoh-tokoh kaum Adat.
1). Sebab-sebab perang Badri
Menurut
ajaran islam, masalah kekerabatan yang berhubungan dengan warisan harus
bersifat patrilinear, sedangkan yang berlaku di Minangkabau adalah matrilinear
(warisan adat lama yang menerima warisan itu kaum ibu) , selain itu masyarakat
harus hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala kesenangan duniawi yang
berlebihan, seperti berpakaian yang indah-indah dan yang lainnya.
Ketika
pada tahun 1821, pertentangan antara orang-orang dengan raja makin meruncing.
Kaum padre yang tidak berhasil menyelesaikan pertikaian dengan jalan damai,
akhirnyamengambil jalan kekerasan.
2). Jalannya perang Padri
Menurut
cerita rakyat setempat, Raja diundang oleh Tuanku Pasaman ke kota tengah untuk
diajak berunding. Tuanku Pasaman adalah seorang tokoh kaum Padri yang beraliran
radikal. Pada waktu itu raja beserta para petinggi kerajaan datang untuk
memenuhi undangan tersebut. Dalam perundingan terjadi kegagalan untuk mencapai
kata sepakat, sehingga Tuanku Pasaman mengambil tekad untuk memusnahkan raja
beserta pengikutnya. Tuanku Pasaman menuduh bahwa raja sudah melanggar ajaran
islam karena itu seluruh yang hadir dibunuh oleh kaum Padri. Kekuasaan kaum
Padri secara nyata berada di daerah pedalaman, dengan demikian kedudukan kaum
adat semakin terdesak dan akhirnya meminta bantuan kepada Belanda di Batavia
dan perangpun meletus.
3) Periode Pertama
Pada periode ini Belanda mengirim
tentaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf. Serangan tersebut berhasil merebut
BatuSangkar(dekatpagarruyung) dan langsung mendirikan Benteng Fort Vander
Cepellent(Gubernur di Indonesia saat itu) Dengan demikian Belanda sudah
mempunyai kekuatan untuk menghadapi kaum Padri.
Namun pada tahun 1825, di pulau
Jawa terjadi perlawanan dari Pangeran Diponogoro yang memecahkan perhatian
Belanda menjadi dua arah, yaitu untuk Jawa dan Sumatera. Untuk
mengkonsentrasikan perhatiannya di Jawa, Belanda mengadakan Perjanjian dengan
kaum Padri (Perjanjian Masang) dengan isi pokok tentang genjatan senjata antara
kedua belah pihak.
4) Periode Kedua (1825-1830)
Isi perjanjian Masang
sekurang-kurangnya merupakan suatu jaminan untuk tidak mengadakan dalam waktu
yang singkat, tetapi suasana tetap tegang.
Dalam keadaan seperti itubentrokan-bentrokan kecil sering terjadi tetapi
segera dapat di padamkan, karena pada saat itu sikap Belanda sangat baik. Sikap
seperti itu bisa ditafsirkan bahwa Belanda bersikap hati-hati dan taat terhadap
Perjanjian Masang(1825).
5) Periode Ketiga (1830-1837)
Setelah tahun 1830 atau s etelah
Perang di Ponogoro usai, keadaan di Sumatera Barat sangat berubah, yaitu
terjadi pertempuran-pertempuran yang tidak bisa dihindari lagi. Naskah
Perjanjian Masang di sobek-sobek oleh Belanda karena Belanda menuduh kaum padri
tidak setia terhadap perjanjian Masang.
Pada tahun 1831, Letnan Kolonel
Eulout dan pasukannaya datang untuk menyerang Kaum Padri. Namun kedudukan kaum
padri sangat kuat sehingga datang Mayor Michaels untuk menundukan pusat
kekuatan Kaum Padri. Usaha Belanda ini berhasil dan setaun kemudian Sentot
Ali Basa Prawiradirdja (bekas Panglima
Diponogoro) dikirim ke Sumatera Barat
0 comments:
Post a Comment