Monday, September 12, 2016

sejarah indonesia "perlawanan kapitan patimura"

Perlawanan kapitan Patimura (1817)
Perlawanan yang di lakukan oleh Thomas Matullesi (Kapitan Patimura) diawali dengan penyerbuan terhadap benteng Belanda (Benteng Duurstede) di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku dibawah pimpinan Kapitan patimura akhirnya Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat, ysng menewaska Residen Belanda. Perlawanan meluas ke Ambon, seram dan daerah-daerah lainya. Kedudukan Belanda semakin terdesak, Akhirnya belanda mengerahkan segenap kekuatanya untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku.
Pertempuran rakyat Maluku makin berkurang setelah banyak dari pemimpinnya di tangkap dan di tawan oleh Belanda,termasuk Kapitan Patimura dan beberapa temanya . pada tanggal 18 Desember 1817 Kapitan Patimura dan teman-temannya menjalani hukuman mati  ditiang gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang ditindas penjajah. Dalam perlawanan ini juga dikenal seoranf tokoh wanita Martha Christina Tiahahu.
B. Perang Badri
Gerakan Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan ajaran Islam d Sumatrera Barat. Haji Miskin sebagai pelopor gerakan ini berusaha untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat  di wilayah  itu. Kian hari pengikut Haji Miskin semakin banyak seperti Tuanku Nan Renceh, Tuanku Mesiangan, Datuk Bandaharo, Malin Basa (Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan Padri itu mendapat tentangan dari tokoh-tokoh kaum Adat.
1). Sebab-sebab perang Badri
                Menurut ajaran islam, masalah kekerabatan yang berhubungan dengan warisan harus bersifat patrilinear, sedangkan yang berlaku di Minangkabau adalah matrilinear (warisan adat lama yang menerima warisan itu kaum ibu) , selain itu masyarakat harus hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala kesenangan duniawi yang berlebihan, seperti berpakaian yang indah-indah dan yang lainnya.
                Ketika pada tahun 1821, pertentangan antara orang-orang dengan raja makin meruncing. Kaum padre yang tidak berhasil menyelesaikan pertikaian dengan jalan damai, akhirnyamengambil jalan kekerasan.
2). Jalannya perang Padri
                Menurut cerita rakyat setempat, Raja diundang oleh Tuanku Pasaman ke kota tengah untuk diajak berunding. Tuanku Pasaman adalah seorang tokoh kaum Padri yang beraliran radikal. Pada waktu itu raja beserta para petinggi kerajaan datang untuk memenuhi undangan tersebut. Dalam perundingan terjadi kegagalan untuk mencapai kata sepakat, sehingga Tuanku Pasaman mengambil tekad untuk memusnahkan raja beserta pengikutnya. Tuanku Pasaman menuduh bahwa raja sudah melanggar ajaran islam karena itu seluruh yang hadir dibunuh oleh kaum Padri. Kekuasaan kaum Padri secara nyata berada di daerah pedalaman, dengan demikian kedudukan kaum adat semakin terdesak dan akhirnya meminta bantuan kepada Belanda di Batavia dan perangpun meletus.
3) Periode Pertama
Pada periode ini Belanda mengirim tentaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf.  Serangan tersebut berhasil merebut BatuSangkar(dekatpagarruyung) dan langsung mendirikan Benteng Fort Vander Cepellent(Gubernur di Indonesia saat itu) Dengan demikian Belanda sudah mempunyai kekuatan untuk menghadapi kaum Padri.
Namun pada tahun 1825, di pulau Jawa terjadi perlawanan dari Pangeran Diponogoro yang memecahkan perhatian Belanda menjadi dua arah, yaitu untuk Jawa dan Sumatera. Untuk mengkonsentrasikan perhatiannya di Jawa, Belanda mengadakan Perjanjian dengan kaum Padri (Perjanjian Masang) dengan isi pokok tentang genjatan senjata antara kedua belah pihak.
4) Periode Kedua (1825-1830)
Isi perjanjian Masang sekurang-kurangnya merupakan suatu jaminan untuk tidak mengadakan dalam waktu yang singkat, tetapi suasana tetap tegang.  Dalam keadaan seperti itubentrokan-bentrokan kecil sering terjadi tetapi segera dapat di padamkan, karena pada saat itu sikap Belanda sangat baik. Sikap seperti itu bisa ditafsirkan bahwa Belanda bersikap hati-hati dan taat terhadap Perjanjian Masang(1825).
5) Periode Ketiga (1830-1837)
Setelah tahun 1830 atau s etelah Perang di Ponogoro usai, keadaan di Sumatera Barat sangat berubah, yaitu terjadi pertempuran-pertempuran yang tidak bisa dihindari lagi. Naskah Perjanjian Masang di sobek-sobek oleh Belanda karena Belanda menuduh kaum padri tidak setia terhadap perjanjian Masang.
Pada tahun 1831, Letnan Kolonel Eulout dan pasukannaya datang untuk menyerang Kaum Padri. Namun kedudukan kaum padri sangat kuat sehingga datang Mayor Michaels untuk menundukan pusat kekuatan Kaum Padri. Usaha Belanda ini berhasil dan setaun kemudian Sentot Ali  Basa Prawiradirdja (bekas Panglima Diponogoro) dikirim ke Sumatera Barat




0 comments:

Post a Comment