Monday, October 5, 2015

Kisah Tauladan pada Zaman Nabi Musa as

Kisah Tauladan pada Zaman Nabi Musa as
Ilmu Bisa Membahagiakan Seseorang, tapi Bisa Pula Mencelakakan Seseorang
                Dewasa ini, banyak kejadian yang membuat kita mengelus dada, khususnya untuk saya dan kawan-kawan sekalian yang beragama Islam. Agama hanya dijadikan sebagai keyakinan saja, tanpa ada pengaplikasian atau pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pintar banyak , namun yang mengerti  dan faham betul cakupannya minoritas. Keadaan tersebut menimbulkan kemaksiataan yang membuatnya sesat, bahkan sampai meninggalkan/keluar dari keimananya karna ilmunya itu terkalahkan oleh nafsu syaitan, naudzubillah.
                Lalu timbul pertanyaan, apa penyebab dari semua itu! Apakah karena kurangnya dasar Agama? Apa karena kebodohannya dalam mengetahui ilmu agama? Apakah karena lingkungan?
                Al-Qur’an di turunkan sebagai pedoman hidup dan tidak ada keraguan sedikitpun kebenaran isinya. Saya mengetahui satu ayat Al-Qur’an (yang telah dijelaskan oleh Kh. Abu Bakar Tasdiq dan ust. Uum dalam kitab Tafsir Jalalein) yang menceritrakan tentang orang-orang yang awalnya menerima ayat-ayat Alloh (beriman) tetapi pada akhirnya iapun keluar dari ayat-ayat Alloh  dan  (kufur) karena ILMU yang ia miliki, yaitu ada pada surat Al-a’rof ayat 175 yang artinya:
“ Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah kami berikan ayat-ayat  kami kepadanya, kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) , maka jadilah ia termasuk orang yang sesat”.
                Ayat tersebut menceritrakan orang yang awalnya beriman bahkan tau dan faham tentang agama, diberikan kelebihan ilmu, bahkan seorang ulama besar sekalipun dapat menyesatkan dirinya sendiri akibat dari ilmu yang ia miliki.  Alloh memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk membacakan kepada kafir yahudi akan berita adanya orang yang telah Alloh berikan ayat-ayat Alloh , lalu orang tersebut melepaskan diri dari ayat-ayat Alloh (kufur) lalu iapun diikuti setan dan jadilah ia orang yang sesat. Perumpamaan orang yang awalnya beriman kemudian kafir itu diibaratkan keluarnya ular dari kulitnya.
                Diikhtilafkan oleh para mufassirin (ahli tafsir) ada dua pendapat tentang orang yang dimaksud Alloh dalam surat al-A’rof ayat 175 tersebut. Pendapat pertama akan orang yang awalnya beriman kemudian kufur adalah Umayyah bin Soltin.
                Umayyah bin Soltin adalah seorang yang sangat berperan penting dalam agama, ia memiliki ilmu yang banyak. Terbukti dengan kelebihannya tentang tahu persis dan hafal pada isi kitab Tauret dan Injil, sampai-sampai iapun tahu bahwa kelak akan ada Nabi akhir zaman. Tetapi Umayyah memiliki harapan besar, ia menginginkan dan berharap dialah yang akan Alloh angkat menjadi Nabi terakhir, karena merasa pantas dan layak untuk Alloh angkat menjadi Nabi terakhir karena keilmuan yang ia miliki.  Karena keinginanya tidak sama dengan Alloh swt , iapun akhirnya tidak meyakini Nabi Muhammad saw sebagai Nabi terakhir. Ia mencoret-coret tentang keterangan akan adanya Nabi akhir zaman yang bernama Ahmad (Muhammad) dengan terus mengikuti dorongan setan hingga menjadikan dirinya sesat dan dholim.
Pendapat kedua yang dimaksud “alladzina aatainahu aayaatinaa” adalah Bal’am bin Ba’uroh. Ia adalah seorang  ulama besar pada zaman Nabi Musa as , yaitu sebagai ulama Bani Isroil . iapun bisa menghafal semua kitab, bahkan Alloh lebihkan dengan diberikannya keistimewaan yaitu diberikannya Ismul ‘adhom yang artinya apabila ia berdo’a maka Alloh akan langsung mengabulkannya, bahkan jika ia tengadah ke atas, ia dapat melihat ‘arsy. Dengan ilmu yang begitu banyak dan dengan keistimewaan yang Alloh berikan iapun memiliki murid (santri). Mengenai jumlahnya tidak disebutkan dengan jelas namun fara mufassirin menyebutkan jumlah wadah tinta yang muridnya pergunakan sebanyak 12rb (tak pernah terbayang oleh saya dimana, dan bagaimana tempat belajarnya para muridnya,,he ada yang mengatakan tempat mengajinya itu di atas awan atau mega ya ,,wallohu’alam).
Pada suatu ketika Nabi Musa as akan memerangi satu Negara (kafir) yang akan diajaknya masuk islam, dengan cara memeranginya. Alkisah masyarakat Negara itupun mendatangi Bal’am yang tujuannya untuk meminta bantuan, karena negaranya akan diperangi Nabi Musa as, sehingga mereka meminta agar Bal’am berdo’a kepada Alloh untuk Nabi Isa dan kaumya celaka atau ada pada kelacutan. Sebelumnya para kafir itu telah mengetahui Bal’am dianugrahkan Ismul ‘adhom oleh Alloh. Pada awalnya Bal’am menolak permintaan para kafirin itu, tetapi mereka terus mendesak, dengan imimg-iming mereka akan  memberikan balasan yang tiada tara, apa saja yang diinginkannya mereka akan menyanggupinya. Pada akhirnya  Bal’am tergoda (oleh setan) dan mendo’akan kecelakaan Nabi Musa dan kaumnya.
As well as , Bal’am dianugrahkan Ismul ‘adhom sehingga terkabulah do’a yang ia panjatkan. Pada akhirnya pada saat perjalanan menuju kota yang akan Nabi Musa dan kaumnya perangi mereka terjerumus pada suatu jurang yang bernama jurang Tih.  Pada saat itu pula Nabi Musa as bertanya kepada Alloh “dosa apa yang telah aku perbuat hingga aku ada pada kehinaan ini”. Alloh menjawab “itu merupakan ijabah do’a dari Bal’am”. Lalu Nabi Musa as  meminta kepada Alloh swt agar membalikan itu do’a kepada Bal’am, Allohpun  mengijabah (mengabulkan) do’a Nabi Musa as seperti Alloh mengijabah do’a Bal’am.
Adapun isi dari do’a Nabi Musa as kepada Alloh untuk Bal’am adalah meminta agar Alloh mencabut Ismul ‘Adhom dari  Bal’am serta mencabut keimananya.
                Singkat cerita Bal’am bin Ba’uro pun keluar dari keimannya, seterusnya lidah Bal’am terjulur hingga dadanya dan menjadi seseorang yang terus diikuti setan (sahabatan mungkin he), hingga Bal’am menjadi sesat dan hina dihadapan Alloh swt dan manusia.
                Dapat diambil kesimpulan, bahwa ilmu yang kita peroleh tidak menjamin kebahagiaan kita tergantung memelihara dan menjuruskannya kemana, kebodohan ataupun kepintaran seseorang akan agama dan dirigama tidak akan menjamin keimanan dan keislaman seseorang, ingatlah setan itu tak akan lengah.
Maka dari itu jangan pernah merasa bangga dengan ilmu, kesholihan dan kesholihahan yang sekarang kita miliki, karena belum tentu kelak menjadi husnul khotimah, maka teruslah berdo’a kepada Alloh sang penguasa hati, yang dapat membolak balikan hati seseorang dengan mudah agar tetap diteguhkan dalam keimanan dan keislaman-Nya. ”yaa muqollibal kulubitsabbit qolbi ‘ala dinika wa’ala to’atika subhanaka inni kuntu minadzolimin”
 “Robbana laa tuzigh quluu banaa ba’da idzhadaitanaa wahablanaa minladunka rohmatan innaka antalwahhab
“Ya Tuhan kami, janganlah kau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau memberi petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi engkau karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi”.
Sungguh,ilmu,  kesholihan dan kesholihahan itu hakikatnya dari Alloh semata maka janganlah kita merasa sombong akan hal itu, tekadkanlah  laa mauju da illalloh.
Semoga dapat bermanfaat.

                                                                                                                                      By Nisa Y3p


0 comments:

Post a Comment